CIVIL ENGINEERING

CIVIL ENGINEERING

Riwayat Perkembangan Beton dan Deskripsi Beton

0 comments

             RIWAYAT PERKEMBANGAN BETON

Penggunaan beton dan bahan – bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi, bahkan mungkin sebelum itu (Nawy, 1985:2-3). Penggunaan bahan beton bertulang secara intensif diawali pada awal abad ke sembilan belas. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip – prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan pada Pameran Dunia tahun 1855 di Paris. J.Monier, seorang ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tempat tanamannya. Pada tahun 1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok pada tahun 1906.
Seiring dengan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang ini, terbentuklah German Committee Reinforce Concrete, Australian Concrete Committee, American Concrete Institute, dan British Concrete Institude. Di Indonesia sendiri, Departemen Pekerjaan Umum selalu mengikuti perkembangan beton melalui Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB). Melalui lembaga ini diterbitkan peraturan – peraturan standar beton yang biasanya mengadopsi peraturan internasional (code standard international) yang disesuaikan dengan kondisi bahan dan jenis bangunan di Indonesia.
Perkembangan yang cepat dalam bidang seni serta analisis perancangan dan konstruksi beton telah menyebabkan dibangunnya struktur – struktur beton yang sangat khas (Nawy, 1985) seperti Auditorium Kresge di Boston, Marina Tower, Lake Point Tower di Chicago, dan Keong Mas di Taman Mini Indonesia.


               DESKRIPSI BETON

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement) , agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan – bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing – masing komponen. Nawy (1985:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembetuknya. Dengan demikian, masing – masing komponen tersebut perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer) dapat mengembangkan pemilihan material yang layak komposisinya sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang diisyaratkan oleh perencana dan memenuhi persyaratan serviceability yang dapat diartikan juga sebagai  pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.
Dalam usaha untuk memahami karakteristik bahan penyusun campuran  beton sebagai dasar perancangan beton, Departemen Pekerjaan Umum melalui LPMB banyak mempublikasikan standar – standar yang berlaku. DPU – LPMB memberikan definisi tenatang beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana adalah bagaimana merencanakan komposisi dari bahan – bahan penyusun beton tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi teknik yang ditentukan (sesuai dengan spesifikasi teknik dalam kontrak atau permintaan pemilik).

Parameter – parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah: a). Kualiatas semen, b). Proporsi semen terhadap campuran, c). Kekuatan dan kebersihan agregat, d). Interaksi atau adhesi antar pasta semen dengan agregat, e). Pencampuran yang cukup dari bahan – bahan pembentuk beton, f). Penempatan yang benar, peyelesaian dan pemadatan beton, g). Perawatan beton, dan h). Kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dlam beton yang diekspos dan 1% bagi beton yang tidak di ekspos (Nawy, 1985:24).



Artikel Terkait:



Comments
0 comments: