Mungkin kita pernah berpikir atau penasaran
kenapa bumi itu bisa bulat ?
Mengapa bumi bulat? – Berbicara mengenai bentuk bumi yang bulat, maka
kita akan kembali pada abad ke-6 SM pada filsafat Yunani kuna dan filsafat
India. Di Yunani, konsep bumi yang bulat dikemukakan oleh
Pythagoras. Di India, konsep Bumi bulat diakui dalam
Shatapatha Brahmana dan Aitareya Brahmana.
Salah satu miskonsepsi umum di kalangan masyarakat adalah orang zaman
dahulu tidak tahu kalau bumi bulat. Well, ini sebagian benar. Para pemikir ini
mulai dari India kuno, Yunani kuno, dan Eropa dan Arab di zaman pertengahan
menjelang Renaissanse. Menariknya justru China tidak menemukannya, menurut
China, bumi berbentuk persegi dan langit berbentuk bulat.
Di Yunani kuno, paradigma kalau bumi itu bulat telah dimulai semenjak abad
ke-enam sebelum masehi oleh Pitagoras. Sebelum Pitagoras, kepercayaan di Yunani
kuno adalah bumi itu datar. Aristoteles tahun 330 SM menerima pendapat
Pitagoras kalau bumi ini bulat dan ia sudah memiliki banyak bukti empiris yang
menunjukkan demikian. Semenjak itu pengetahuan mengenai bulatnya bumi telah
menyebar di kalangan intelektual Yunani kuno.
Sebagaimana ditentukan dengan alat modern, bumi berbentuk bulat namun tidak
sempurna. Ketidak sempurnaan ini karena rotasi bumi pada porosnya yang membuat
bagian tengah bumi sedikit lebih menggelembung dari kutub. Pengukuran dari
satelit malah menunjukkan kalau bumi sedikit berbentuk seperti buah pir.
Karena pengamat di Bumi hanya dapat melihat sedikit sekali potongan bulatan
bumi dalam satu waktu, tidaklah mungkin mengetahui lewat pengamatan langsung
kalau bumi ini cakram atau bola. Pitagoras mendasarkan keyakinannya pada
pengamatan mengenai ketinggian bintang yang bervariasi di berbagai tempat di
Bumi. Ia juga mendapat dukungan dari pengamatan bagaimana kapal lenyap di
cakrawala saat ia pergi dari pelabuhan. Saat kapal datang ke pelabuhan, yang
pertama terlihat adalah ujung atas layar kapal, kemudian layarnya dan akhirnya
badan kapal perlahan terlihat. Aristoteles menambah bukti dari bagaimana
bayangan Bumi terlihat di bulan saat gerhana matahari. Saat cahaya menyinari
sebuah bola, ia menunjukkan bayangan yang sama. Para intelektual yunani lalu
menghitung ukuran dan bentuk bumi. Mereka juga membuat sistem kisi terdiri dari
lintang dan bujur sehingga hanya diperlukan dua koordinat untuk satu lokasi di
bumi ini. Filsuf Yunani juga menyimpulkan Bumi bulat karena menurut pendapat
mereka, inilah bentuk yang paling sempurna.
Erastothenes pada abad ke 3 SM juga memberikan bukti tambahan. Beliau saat
itu bekerja di Mesir dan menemukan kalau sinar matahari memberikan bayangan
yang berbeda di dua kota berbeda pada saat yang sama. Di kota Syene ia melihat
sinar matahari tegak lurus pada jam X. Tapi di kota Iskandariah ia melihat
sinar matahari tidak tegak lurus, padahal jamnya sama. Bukan hanya jamnya yang
sama, tapi tanggalnya juga sama, walaupun terpisah satu tahun lamanya. Ia
menyuruh orang mengukur jarak antara kedua kota tersebut dan kemudian dengan
bayangan kalau bumi itu bulat, ia mengukur sudutnya dan memperkirakan diameter
dan keliling bumi dengan rumus bola. Ia menghitung kalau Bumi berbentuk bulat
dengan keliling 40 ribu kilometer. Nilai yang nyaris tepat dan sesuai dengan
ukuran bumi berdasarkan perhitungan modern, yaitu 40075.16 km untuk keliling di
khatulistiwa. Banyangkan betapa hebatnya matematika sehingga hanya dengan tongkat
dan otaknya, Erastothenes mampu menghitung keliling bumi dan hanya meleset 75
kilometer saja.
Jadi ada banyak cara mudah mengetahui bumi bulat bagi orang kuno:
- Menganggap kalau bulatnya bola
adalah bentuk paling sempurna
- Menganggap kalau bumi seperti
bulan dan bulan mengalami fase-fase yang menunjukkan ia bulat
- Pengamatan bedanya ketinggian
bintang di berbagai lokasi
- Pengamatan bedanya bayangan
benda di berbagai lokasi
- Pengamatan bayangan bumi saat
gerhana matahari dan bulan
- Pengamatan kapal yang datang dan
pergi di cakrawala pelabuhan
Kamu tidak perlu ke luar angkasa memotret bumi seperti para astronot atau
melakukan perjalanan mengitari bumi seperti Magellan. Dengan demikian, wajar
kalau India kuno juga menemukan hal yang sama tak lama kemudian. Sebagai contoh,
Rig Weda menulis tentang kemungkinan bumi berbentuk bulat. Teks ini kemungkinan
besar dibuat pada abad ketiga SM. Sementara itu matematikawan India, Aryabhata
pada 500 masehi membuat perhitungan keliling bumi sebesar 39,968 km. Sama
dengan yang ditemukan Erastothenes dan sains modern. Begitu juga perhitungan
Abu Rayhan al Biruni pada tahun 1000 Masehi.